PHP 

Scripts, Resources, Reviews

Minggu, 17 April 2011

Suling Mas - Next

free counters



Episode 3
Suling Mas
Bermacam-macam seruan para muda itu yang seakan lupa diri, menyatakan perasaan hati masing-masing yang menggelora. Sudah lajim kalau sekumpulan orang muda bercakap-cakap, mereka lebih berani manyatakan perasaan hati masing-masing sehingga percakapan itu menjadi hangat dan kadang-kadang terdengar kata-kata yang kurang sopan.
Apalagi para muda yang tergila-gila pada seorang gadis jelita ini adalah orang-orang kang-ouw, pemuda-pemuda kelana kelana dan petualang. Banyak sudah tempat mereka jelajahi, cukup sudah dara-dara jelita mereka saksikan, namun baru sekali ini mereka menjumpai dara secanti k Lu Sian. Melampaui semua kembang mimpi.
Tujuh orang pemuda yang berkumpul dalam sebuah rumah penginapan itu adalah pendekar-pendekar muda dari beberapa partai. Seperti biasa, karena merasa segolongan dan setujuan, mereka lekas bersahabat dan selain menuturkan pengalaman masing-masing yang biasanya mereka lebihi, juga mereka tiada habisnya memuji-muji dan membicarakan diri Liu Lu Sian yang diam-diam mereka perebutkan. Setelah Lu Sian yang lewat di depan rumah penginapan itu, sampai jauh malam para pemuda ini bicara tentang Lu Sian dan masing-masing menyatakan harapan menjadi orang yang terpilih dengan mengemukakan dan menonjolkan keistimewaan masing-masing.
"Sebagai puteri Beng-kauw, tentu kepandaiannya amat tinggi dan belum tentu aku mampu menandinginya. Akan tetapi, ilmu golokku yang terkenal dan nama Ilmu Golok Pelangi di Awan Biru memiliki keindahan yang melebihi keindahan seni tari manapun juga. Siapa tahu, keindahan seni permainan golokku akan menawan hatinya !" kata pemuda muka putih dengan pandang mata merenung penuh harapan dan di depan matanya terbayanglah mulut manis Lu Sian, karena dialah yang jadi tergila-gila oleh mulut manis itu dan ingin menjadi buah apel !
"Aku tidak punya kedudukan, orang tuaku miskin dan akupun tidak berpendidikan, tidak pandai tulis baca. Akan tetapi, biarpun ilmu silatku mungkin tidak setinggi dia, aku memiliki tenaga besar yang boleh diukur dengan tenaga siapapun juga." kata pemuda tinggi besar yang matanya lebar.
"Mudah-mudahan nona Lu Sian sudi memandang nama besar Kun-lun-pai sehinga aku sebagai murid kecil Kun-lun-pai akan menarik perhatiannya." kata pemuda ke tiga yang tampan juga. Demikianlah, tujuh orang pemuda itu menonjolkan keistimewaan masing-masing dengan harapan dialah yang akan terpilih.
Lewat tengah malam barulah mereka memasuki kamar masing-masing, namun tentu saja mereka tak dapat tidur, karena di depan mata mereka selalu terbayang wajah Liu Lu Sian. Maka ketika terdengar ada tamu baru datang dan disambut oleh pengurus rumah penginapan, mereka bertujuh semua keluar dan melihat tamu seorang pemuda berpakaian indah, berwajah tampan sekali dan bersikap tenang memasuki ruang dalam.
"Maaf, Kongcu (tuan muda), bukan kami kurang hormat terhadap tamu. Akan tetapi, kamar yang patut untuk Kongcu sudah penuh semua. Kecuali kalau diantara para Enghiong (Pendekar) yang terhormat membagi kamarnya..." Dengan ragu-ragu dan penuh harap pengurus penginapan itu memandang ke arah tujuh pemuda yang sudah keluar dari kamar masing-masing

Episode 4
Suling Mas
Tujuh orang muda itu memandang Si Pendatang baru penuh perhatian. Pemuda ini berpakaian seperti orang terpelajar, gerak-geriknya halus, sama sekali tidak membayangkan gerak seorang ahli silat. Otomatis orang pendekar muda itu memandang rendah.
Mana ada seorang pendekar suka membagi kamar dengan kutu buku yang tentu akan menjemukan dan bicaranya tentu soal kitab-kitab dan sajak belaka ? Pemuda itu agaknya maklum akan pandang mata mereka, maka cepat-cepat ia mengangkat kedua tangan ke depan dada, dan memberi hormat berkata dengan penuh kesopanan.
"Harap Cu-wi Enghiong (Tuan-tuan Pendekar Sekalian) sudi memberi maaf kepada siawte (aku yang muda). Tentu saja siawte tidak berani menggangu para Enghiong, akan tetapi barangkali ada diantara para Cu-wi yang sudi membagi kamar..." Ia berhenti bicara melihat mereka mengerutkan kening, dan menanti jawaban. Ketika tidak ada jawaban datang, ia tersenyum.
"Saudara siapakah dan dari golongan mana ? Apakah tamu dari Beng-kauwcu Liu-locianpwe (Orang Tua Gagah she Ketua Beng-kauw) ?" tanya pemuda tinggi besar yang bertenaga gajah.
"Siauwte she Kwee bernama Seng, orang lemah seperti siauwte yang setiap hari menekuni huruf-huruf kuno, tidak dari golongan mana-mana dan siauwte hanya pelancong biasa."
Hmm, maaf, kamarku sempit sekali."jawab si Tinggi Besar kehilangan perhatian.
"Kamarku juga sempit." jawab orang ke dua.
"Aku tidak biasa tidur berteman." kata orang ke tiga.
"Maaf, maaf, memang siauwte tidak berani mengganggu Cu-wi. Eh, Lopek, kau tadi bilang tentang kamar yang patut, apakah masih ada kamar yang tidak patut ?" Kwee Seng menoleh kearah pengurus penginapan sedangkan tujuh orang pendekar itu sudah kembali ke kamar masing-masing dan menutupkan daun pintunya.
"Ah, ada.. Ada, Kongcu. Akan tetapi, itu adalah kamar-kamar kecil di sebelah belakang, dahulu menjadi kamar pelayan, tidak berani saya menawarkannya kepada Kongcu..."
Kwee Seng tersenyum. "Tidak mengapa, Lopek. Malam sudah begini larut, mencari kamar di penginapan lain pun repot. Biarlah aku bermalam di kamar pelayan itu."
Dengan tergopoh-gopoh pengurus penginapan itu lalu mendahului Kwee Seng sambil membawa sebuah lampu, mengantar tamunya ke sebuah kamar yang berada jauh di ujung belakang. Benar saja, kamar ini kecil, hanya terisi sebuah pembaringan bambu yang setengah reyot, lantainya tidak begitu bersih pula.

Episode 5
Suling Mas
"Ah, cukup baik !" seru Kwee Seng sambil menaruh bungkusan pakaiannya di atas pembaringan. "Tidak usah kau tinggal lampumu, Lopek aku biasa tidur gelap. "Ia menjatuhkan dirinya di atas pembaringan yang mengeluarkan bunyi berkereotan.
Pengurus penginapan itu keluar dari dalam kamar membawa lampunya sambil menggeleng-geleng kepala saking heran melihat seorang kongcu berpakaian indah itu kelihatannya sudah tidur pulas begitu tubuhnya menyentuh pembaringan, ia menutupkan daun pintu perlahan-lahan.
Sebentar kemudian sekeliling tempat penginapan sunyi. Pengurus dan penjaga pun sudah tidur . Yang terdengar hanya dengkur yang keras dari kamar pemuda tinggi besar. Dari beberapa buah kamar lain terdengar suara orang mengigau menyebut-nyebut nama Liu Lu Sian. Bahkan dalam mimpi pemuda-pemuda ini selalu merindukan Lu Sian!
Suara mengigau ini keluar dari kamar pemuda anak murid Kun-lun-pai. Tiba-tiba sebagai seorang ahli silat, pemuda tampan itu meloncat turun dari pembaringannya ketika pendengarannya, atau agaknya lebih tepat indera keenamnya, mendengar suara yang mencurigakan.
Dalam meloncat tadi sekaligus ia telah mencabut pedangnya, dan sekali menggoncang kepalanya lenyaplah semua kantuk dan ia sudah berada dalam posisi siap siaga, sepasang matanya melirik ke arah jendela kecil kamarnya. Tiba-tiba jendela itu terbuka daunnya dari luar, dan muncullah seorang laki-laki jangkung yang berusia empat puluh tahun lebih, bertangan kosong. Orang ini memasuki kamar melalui jendela dengan gerakan ringan dan sikap tenang saja.
"Siapa kau ? Mau apa..."
"Mau membunuhmu. Manusia macam kau berani menyebut-nyebut peteri Beng-kauwcu harus mampus !" berkata bayangan laki-laki itu dengan suara mendesis, lalu menerjang maju.
Pemuda Kun-lun-pai itu tentu saja tidak menjadi gentar biarpun ia merasa kaget sekali. Pedangnya berkelebat dan bergulung-gulung sinarnya di depan dada bermaksud melindungi dirinya saja terhadap orang yang agaknya gila ini. Akan tetapi, tiba-tiba sekali gerakan pedangnya berhenti seakan- akan tertahan oleh tenaga yang tak tampak dan sebelum pemuda Kun-lun-pai ini tewas seketika tanpa dapat bersambat lagi !
Suara mendengkur dari kamar si Tinggi Besar terhenti seketika. Jagoan bertenaga gajah ini pun biar tidurnya mendengkur, Sedikit suara saja cukup membuat ia terjaga dari tidurnya. Kamarnya berada di sebelah kamar murid Kun-lun-pai, maka ia mendengar suara dari dalam kamar itu, cukup membuatanya terbangun dan curiga.
Karena tiap kamar penginapan terdapat jendela di sebelah belakang, ia cepat membuka daun jendela dan... seperti kilat cepatnya ia meloncat keluar dan menerkam seorang laki-laki yang berdiri di depan jendela murid ku-lun-pai. Kedua lengannya yang kuat bergerak, dalam segebrakan saja si Tinggi Besar berhasil mencekik leher orang itu.
"Hayo mengaku, siapa kau dan...uuhhh!" Tubuh yang tinggi besar itu seketika menjadi lemas dan kepalanya miring, lalu ia roboh tak berkutik lagi di depan laki-laki setengah tua yang jangkung itu !
"Apa yang kau lakukan ? Penjahat...!"

Next Chapter 6

0 Coments:

Posting Komentar

Trimakasih,
Telah berkunjung di riodarmala.blogspot.com
Jangan lupa tinggalkan comments.

SERVICE ONLINE

Area, Jakarta Raya
Lebih di Utamakan, Wilayah Jakarta Timur
Sdr. Rio
Specialist IT dan Consulting
Customer bisa melakukan SMS , Call, FB Inbox dan eMail ke di bawah ini, sesuai dengan keluhan dan Area, berikan alamat yang valid serta nama dan menyetujui aturan yang berlaku.
Pelayanan Pekerjaan Hari:
Sabtu / Minggu atau
di sesuaikan dengan perjanjian
Melayani Jasa Services dan Maintenance:
Installasi Server All Varian Brand, Manage and Deploy Server, Manage and Join Domain Client Server, Installasi OS plus Device Ready, Installasi Office Aplication, Installasi Office Multimedia, Installasi Modem ADSL dan Cable, Setting Network Internet dan Intranet, Backup and Restore Data Office, Clean Viruses, Trouble Shooting, Check Hardware Problem, Check Upgrade System, dll.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes